Tumbuh Dewasa dengan Menjadi Diri Sendiri
Quarter Life Crisis |
Tumbuh dewasa dengan menjadi diri sendiri itu butuh proses. Perjalanan tumbuh dewasa ini melalui banyak rolling coaster perasaan yang diaduk-aduk untuk melewatinya. Mengenali diri sendiri itu tidak semudah kata-kata, sebab aku di umur 22 tahun begitu perlahan mulai mengenali diri sendiri. Dan saat aku menemukan ruang terbaik dari Satu Persen membuatku bahagia.
Karena aku jadi tahu mengapa kita diminta untuk bertumbuh dan berkembang terus. Yuk simak artikelnya ya! Nah, dari Satu Persen semua pertanyaan-pertanyaan atas keluh kesahku terjawab, seperti bagaimana cara melatih self love, dilema quarter life crisis bahkan pembahasan kali ini, hingga aku tahu penyebab serta cara mengatasinya dari website itu.
Melewati masa peralihan remaja ke masa dewasa ini dihadapi dengan banyak pelajaran hingga kita bisa mengenali diri sendiri. Kita dituntut untuk bersikap tahan banting, menguatkan fisik, serta hati-hati dalam bertindak.
Kira-kira seperti apa perjalanan dewasa mengenali diri sendiri ala aku. Nah, pastinya sahabatulfah penasaran, simak terus sampai akhir ya Buds!
Fase Quarter Life Crisis Penuh dengan Lika-liku
Perjalanan Fase Quarter Life Crisis |
Dengan kemampuan diri untuk memahami dan mengendalikan diri, aku dan kita semua tentunya bisa melewati fase quarter life ini. Fase dimana perjalanan bertumbuh dimulai, dari mulai merasa berbeda di lingkungan sekitar, takut diasingkan, bahkan ketakutan lainnya mendominasi. Bahkan pertanyaan bermunculan seperti halnya siapa diri sebenarnya, mengapa kita berada di dunia ini dan apa tujuan kita selanjutnya.
Btw, sebelumnya mari kita bahas terlebih dahulu yuk apa yang dimaksud dengan quarter life crisis? Menurut Teori Erikson, fase di usia dewasa awal berkisar antara umur 20-an hingga awal 40-an itulah yang dinamakan quarter life crisis. Dalam ilmu psikologi, diartikan secara sederhana sebagai situasi-situasi psikologis yang dihadapi oleh tiap orang saat berada di usia rentang perempatan ini. Keadaan saat menghadapi ketidakpercayaan diri, keraguan, dan kekecewaan seputar karir, hubungan, dan kondisi lainnya.
Masa kita berada di fase quarter life crisis masa kita menyambut penuh atas perubahan. Menemukan jalan kesuksesan dan mendapatkan kebahagiaan yang sebenarnya. Kita semua akan, sedang, dan pernah mengalami fase itu.
Baca juga : - Pola Berpikir Open Minded
"Kini, aku yakin saat berada di fase setelah menyelesaikan kuliah, memasuki dunia kerja, dihadapkan pada pertanyaan yang menakutkan seputar pernikahan, kondisi finansial, hingga hal-hal yang dipertanyakan mengenai kemapanan"
Sungguh, tumbuh dewasa untuk masuk ke dunia yang keras itu butuh perjuangan banget, Buds. Yuk, semangat yuk! Dalam sebuah studi, quarter life crisis secara umum terdiri dari 5 fase utama:
1. Fase merasakan rasa terjebak
2. Rasa ingin bebas
3. Memilih melepaskan
4. Menata ulang
5. Menjalani hal baru
Finally, semua fase ini sedang dan pernah kita jalani. Wajar saja sih, jika kita mengalami perasaan campur aduk. Perasaan takut, bingung, bimbang, tersesat dan terasingkan menuju proses pendewasaan diri.
Bahkan kita begitu arogan memasuki dewasa ini. Sesaat kita merasa paling benar dari orang lain, kadang juga merasa lebih baik tapi beberapa menit kemudian merasa tidak ada apa-apanya. Dan ingat sahabatulfah fokuslah menggali diri dan mencari ilmu dari ketidaktahuan kita. Karena apa? Menurut seorang praktisi bahwa ketika muda lebih baik kita salah karena mencoba sebab ketidaktahuan daripada di masa tua salah karena kita tidak pernah mencoba sama sekali.
Jika waktu dapat diputar kembali ke masa lalu aku tidak ingin berekspektasi terlalu tinggi terhadap fase dewasa ini. Sebab aku tak ingin menambah porsi kekecewaan dan tekanan yang terus membuat diri bingung tak berkesudahan. Pikiran semasa kecil yang membawa kita seakan masa dewasa itu penuh dengan kebebasan, tidak lagi sedih dengan jam tidur siang, bisa menjalin relationship yang menyenangkan, dan anggapan lainnya seolah menjadi dewasa itu sangat asik.
Padahal di balik itu, ketika dewasa inilah banyak tantangan yang harus dilalui. Pikiran yang terus menghantui kita tentang kesuksesan, tentang tujuan hidup kita kedepannya, dipertemukan dengan seseorang yang spesial dan bisa berdampingan hidup dengannya kelak. Juga perihal bagaimana kita memulai karir, financial freedom, intinya sangat komplit persoalan yang perlu direnungkan sejenak.
Dan anggapan masa dewasa itu menyenangkan adalah relatif, tergantung kepada bagaimana kita bisa bertanggung jawab terhadap keputusan penuh yang kita ambil untuk masa depan, so pasti mengarahkan hidup kita berjalan sesuai dengan alurnya. Woahh, ini makin dalam pembahasannya 😂
Nah, beruntungnya yang memiliki orangtua atau keluarga dengan sosok sangat pengertian dan bisa menjadi tempat bertanya saat menghadapi masa-masa ini. Aku tumbuh dengan ingatan orangtua yang terlalu protektif, memiliki aturan-aturan, dan mengajarkan anak-anaknya menghadapi permasalahan hidup dengan petuah-petuah mereka. Di sisi lain, aku yang tak ingin diperhatikan berlebihan bahkan tidak ingin hidupnya diatur-atur, dan menceritakan persoalan hidup yang makin merasa selalu banyak masalah, yap bertolak belakang dengan mereka.
Apakah aku dendam kepada mereka? Tidak, aku menyadari itu, aku dibesarkan oleh kedua orangtua yang sebenarnya penuh kasih sayang. Sehingga drama-drama yang kecil yang tak semestinya aku permasalahkan bukan jadi alasan buat mengabaikan sikap mereka.
Di masa sekarang harusnya orangtua dan anak saling menghargai dan mengerti saja. Perbedaan yang seringkali muncul, pada dasarnya cara untuk menunjukkan perhatian kepada anak-anaknya saja yang terlihat beda dari generasi kelahirannya. Dimana aku dilahirkan pada tahun 90-an sedangkan kedua orangtuaku lahir di tahun 50 hingga 60-an maka jelas banget beda generasinya dan tentunya beda juga cara perlakuannya. Namun menyadari itu tidak ada satu pun orangtua di atas dunia yang tak ingin anak-anaknya merasakan hidup bahagia.
Aku yakin sosok yang sama-sama tumbuh masing-masing dengan zamannya, seperti aku sedang berusaha menjadi anak yang baik, sedangkan orangtuaku sedang belajar menjadi orangtua yang baik juga. Sehingga satu sama lainnya sama-sama mengerti apalagi setelah menghadapi masa-masa seperti ini.
Mari kita ingat kembali, siapa sih yang datang pertama saat kita berada di titik terendah? Segala situasi bahkan teman atau sahabat lama pun enggan dan membiarkan kita tersesat. Nothing bagi orangtua, tak akan pernah menjauhi kita, selalu menyediakan waktunya, jadi tempat bertanya saat kita kehilangan arah. Mungkin benar juga, banyak masa-masa sulit yang terpaksa kita lewati sendirian, ya sendiri saja karena masa quarter life ini adakalanya kita merasa selalu benar.
Ketika kita bersikap demikian pilihan-pilihan hidup inilah yang membuat kita terbentur, terbentur, lalu terbentuk seperti sekarang ini.
Nah, dalam urusan percintaan pun aku seringkali menjalani hubungan yang selalu berujung pada keegoisan masing-masing. Tapi apa akan selamanya begitu? Tidak kan, kita harus bersabar dan tetap menunggu seseorang yang siap membersamai kita dalam keadaan apapun. Aku yang merasa harus begitu baik dulu mengenali diri sendiri, harus memperbaiki diri sampai waktunya tiba, hingga kata Allah "Oke, aku udah sediakan nih seseorang yang cocok dengan kamu, visi dan misi kamu dan dampingi dia dalam keadaan apapun"
Dan aku yang sekarang tengah menata ulang masa depan, belum mendapatkan pekerjaan lagi setelah lulus. Sudah begitu komplit rasanya tapi aku tak mau larut saat berada di situasi saat ini. Memilih untuk memulai hal baru agar sesuai dengan jalan hidupku nantinya. Aku ingin bertumbuh menjadi pribadi yang lebih baik.
Teori Psikologi |
Oleh karena itu, masa lalu biarkanlah, fokus ke masa kini dan nantinya. Aku berusaha berdialog dengan diri. Menjadikan diri ini lebih nyaman dengan fase dewasanya. Mulai dari menentukan tujuan hidup agar punya gambaran yang jelas nantinya, mempelajari kelebihan dan kekurangan diri, membuat peta baru untuk ditargetkan kedepannya supaya menjadi manusia yang lebih baik lagi.
Dewasa ini kita pasti melewati proses yang dituntut untuk memiliki keteguhan hati, daya tahan yang baik, dan rasa ingin tahu yang tinggi, sehingga teruslah bertumbuh dan berkembang dengan bisa memotivasi diri sendiri dalam perjalanannya. Ketika kita menikmati hidup dengan perasaan lapang dan luas, semoga bisa menjadi penyemangat untuk menghadapi tahapan selanjutnya.
Apa yang Aku Cari Selama ini serta Bagaimana Menghadapi Quarter Life Crisis
Jadi apapun keadaan yang terjadi hari ini dan nanti, lakukanlah dengan terbaik, penuh kebahagiaan, dan selalu mensyukurinya. Karena banyak yang tidak perlu dikeluhkan. Cukup temukan kebahagiaan dan yakinlah bahwa ada masa depan yang sudah di atur-Nya.
Kita harus terus berjuang. Saat kita berada di puncak kesuksesan, jangan terlalu euforia dengan apa yang kita dapatkan. Sejatinya kita tengah merayakan proses ketika di bawah hingga bisa seperti sekarang. Kita mesti mengingat apa yang dilakukan saat kita jatuh. Setelah tahu konsep menghadapi masa quarter life crisis, semoga kita bisa tumbuh dewasa dan lebih mengenali diri, Buds!
So, tetaplah semangat selalu menjalani masa-masa indah ini dan terus membuka jalan bagi masa depan, Buds. Semoga kita sukses dengan kebahagiaan dan optimis selalu dalam menggapainya. Aamiin!
#SatuPersenBlogCompetition
Referensi:
- Pengalaman pribadi
- Infografis: Ulfah Aulia - sahabatulfah, diolah dengan aplikasi canva
-https://satupersen.net/blog/quarter-life-crisis-bagaimana-kamu-menghadapinya
-https://m.youtube.com/watch?v=ENKs9kC9U34
-https://satupersen.net/blog/mengenal-quarter-life-crisis
Usiaku kayaknya masuk di sini. Kadang ada perasaan terjebak dan ingin bebas seperti poin di artikel. Ada kekhawatiran tentang pernikahan yang sekarang sudah mulai dijalani. Untungnya ada banyak hal yang bisa membuat perasaan tetap positif, sehingga bisa tetap berjalan lancar sembari merencanakan masa depan secara bertahap.
ReplyDeleteNah itu salah satu fase quarter life mbak. Harus stay positif ya mba, karena sejatinya banyak hal yg kita rencanakan buat masa depan nanti supaya semuanya dapat berjalan dgn lancar
DeleteAku juga lagi ngerasain perasaan cemas, takut, bingung, bimbang, bahkan sampe kepikiran waktu 24 jam yang aku punya itu kaya enggak produktif banget dari pada orang lain. Aku kurang paham apa ini termasuk fase quarter life crisis, tapi caraku untuk meminimalisirkan segala hal itu adalah dengan melakukan hal-hal yang buat aku semangat lagi, buat aku bisa berfikir jernih, dan ada kata-kata yang aku inget "Enggak papa kalau kamu lambat dari orang lain, enggak papa kalau kamu mau beristirahat sebentar, enggak papa kalau kamu nggak bisa lari, tapi kamu harus ingat kalau lambat bukan berarti berhenti bergerak, kalau istirahat bukan berarti diam berlama-lama, kalau enggak lari bukan berarti kamu berhenti."
ReplyDeleteYukk sama-sama berjuang menghadapi fase life crisis ini mbak. Dan yg mbak lakukan seperti semangat dan memberikan amunisi lebih dalam menghadapi keadaan ini sangat tepat, semangattt mbak
DeleteSetelah baca ini sebenernya saya juga masih dilanda kekhawatiran. Saya ingin membesarkan anak tidak seperti orang tua saya ketika membesarkan saya. Saya ingin sampai kapanpun bisa menjadi sosok teman ke anak, sehingga dia merasa nyaman. Tapi kembali lagi apa bisa saya seperti itu.
ReplyDeleteMba harus semangat, aku yakin sikap mba memberikan rasa nyaman kepada anak"nya akan diterima baik dan mereka tahu kalo ortunya sedang menjadi yg terbaik, jadi harus yakin dong
DeleteSelf healing untuk mencari diri yang hilang. Saya biasanya dengan me time, instropeksi, evaluasi, forgive, forget, and let it go.
ReplyDeleteWah keren mba, hal seperti ini juga sangat penting buat dilakukan sehingga bisa lebih yakin dgn kemampuan diri
DeleteKadang saya berpikir kebahagiaan itu memang abstrak. Sempat juga beberapa tahun lalu suka cemas dengan masa depan, apalagi kalau melihat teman-teman seangkatan yang bisa sukses. Tapi makin ke sini makin sadar, ya sudah jalani saja hidup ini dengan sebaik mungkin. Bikin target yang jelas, dan tetap berusaha dan berdoa. Mengenai hasil pasrahkan kepada Allah.
ReplyDeleteMantapp mas, dengan cara menjalani hidup yg baru ya dan berusaha sebaik mungkin tanpa membanding-bandingkan diri kita dgn teman2 lainnya. So pasti hasil akan jadi rahasia Allah, semoga terus yakin dgn hasil yg diberikannya juga
Deletekupikir quarter life crisis itu cuma berlaku di usia 20an. ternyata mendekati 40 juga masih masuk quarter life yaa. masih masuk nih umurku di crisis ini
ReplyDeleteIyaa mba, masih masuk tapi udah gak begitu jelas galaunya seperti anak muda saat fase ini, hehehe
DeleteAku gak tau persis kapan mengalami quarter life crisis ini tapi semenjak masuk usia kerja dan harus jadi generasi sandwich, aku ngerasa banyak hal yang gagal aku capai tapi di sisi lain juga bangga bisa sekuat ini menghadapi sendirian. Pernah ngerasa depresi tapi gak bisa ke psikiater, untungnya ada pasangan yang nemenin dan nyadarin pelan2 sehingga aku bisa tetep kontrol diri, gak stress kebablasan huhu. Makasih kak udah diingetin, tetep harus kenal dan jadi diri sendiri ❤️
ReplyDeleteYeayy berhasil menghadapi fase ini semua patut kasih apresiasi ke diri nih mba, alhamdulillah ada support system yg begitu perhatian ya mba. Sama-sama mba 😘
DeleteAku menjelang di akhir masa quarter if crisis ini. Ditambah dampak pandemi, hidupku kayak di titik nol lagi. Semua mulai dari awal. Tapi apapun aku syukuri. Mungkin ini yg Tuhan kasih utk aku belajar sabar lagi dan memperbaiki kesalahan masa lalu. Tetap semangat teman2 yg lagi di titik terendahnya. Ingat, Tuhan ga akan memberi cobaan di luar batas manusia.
ReplyDeleteTetap semangat juga buat Kang Didik. Bagaimana pun kondisi pandemi saat berada di titik nol pun masih memberikan makna kehidupan yg baik ya kang, seperti halnya kita harus tetap sabar dan terus bersyukur dalam keadaan ini, semangat teruss mas
DeleteMengenal diri sendiri dan punya mentor terdekat misalnya seperti orangtua atau saudara sehingga ada yang selalu mengingatkan diri ya
ReplyDeleteIya mba, mereka bisa jdi mentor terbaik kita saat hilang arah juga
DeletePandemi kayak jadi kilas balik buat hidup aku, semua kembali dari nol. Yang menyemangati ya diri aku sendiri hehe..semoga selalu diberi kemudahan oleh Allah
ReplyDeleteMantap kak, sebenarnya musuh terbesar itu diri kita sendiri ya. Nah dgn kita bangkit menyemangati diri ini bagus loh. Aamiin ya robb
DeleteQuarter life crisis dijalan saat suami nggak punya pekerjaan tetap, mengikuti passion dan tantangannya itu berat banget terlebih sudah ad anak dan kedua orang tua yang harus ditanggung kehidupannya. Bersyukur, semakin kesini semakin bisa mengatasinya.
ReplyDeleteSalut, bisa perlahan2 mengatasinya padahal punya anak2 dan kedua orangtua yg dibantu ya mba. Semoga selalu diberikan kelancaran mba, aamiin
DeleteKita sebagai anak bertumbuh, orang tua pun juga sedang bertumbuh. Ini ngena banget, ketika aku sudah menjadi orang tua.
ReplyDeleteQlc terjadi saat mengambil peran sebagai stay at home mom. Banyak tanda tanya, ambil jalan yang ini sudah betul belum sih, terus mau ngapain, apa yang dicari dan lain sebagainya.
Makasih, Kak. Ini sebagai pengingat lagi
Pastikan prinsip hidup terbaik yang akan diterapkan, jalani dengan easy going, begitu kali ya, kak.. soalnya terkadang kita akan mengerti sesuatu tentang apa yang sebenarnya arti dalam kehidupan, setelah menjalani, bukan sebelumnya. Semangat dan sukses selalu, kak. :)
ReplyDeleteSeperti kata guru ngaji saya : belajar, pelajari, lakukan. Kalau salah, ulang dari awal dengan perbaikan. Sesimpel itu?
Aku juga lagi dalam krisis nih mba. Semua yang sudah dikerahkan kayaknya bakal sia-sia dan harus siap kembali ke nol lagi, padahal usia udah hampir kepala 3, tapi tetap harus semangat!
ReplyDeletewah membatasi diri dari medsos perlu perlahan dicoba nih mba. Maklum addic nih apalagi pas rame pembahasaan artis gitu
ReplyDelete